Puisi ini ditulis oleh Yoseph Lagadoni Herin, mantan Bupati Flores Timur. Lewat puisi ini, beliau menggambarkan Pulau Solor sebagai tanah yang mengajarkan ketangguhan hidup. Di tengah alam yang keras, masyarakat belajar menjadi batu yang kuat, kayu yang kokoh, dan api yang memberi daya hidup. Sebuah refleksi sederhana namun dalam tentang hubungan manusia dengan tanah kelahirannya.

SOLOR
Tanah Nuha ekan tone,
Tempat kami belajar menjadi batu
yang keras menancap bumi dan ganas menantang matahari
Karena di sini, kami mencari makan di celah-celah batu.
SOLOR
Tanah Nuha ekan tone,
Tempat kami belajar menjadi Kayu
yang kokoh merangkul tanah dan liat menelusuri karang
Karena di sini, kami mencari minum pada akar-akar yang tidak pernah panjang.
SOLOR
Tanah Nuha ekan tone,
Tempat kami belajar menjadi api
Yang membakar batu dan kayu
Agar tersisalah humus bagi tanah kami
yang hanya terselip di antara cadas-cadas.
SOLOR
Tanah Nuha ekan tone,
Tempat kami belajar menjadi batu,
Menjadi kayu,
Menjadi Api,
agar keras dan liat meniti kehidupan 🙏

Edri Brow
Founder of East Nusa Tenggara
Website Design, Media Sosial Manajemen dan Konten Kreator.

Previous Post Menjelajahi Keindahan Pantai Riangsunge di Solor, Flores Timur, Keindahan Pantai nan Membuat Pengunjung Betah