
Kalabahi, Eastnusatenggara.id, – Pulau Rusa, atau yang biasanya disebutkan oleh masyarakat adat dengan nama “ata” yang artinya merupakan berasal nama ini dari sosok perempuan yang waktu itu hendak di kawinkan dengan anak dari pemimpin ke 12 suku, pulau Rusa adalah kawasan taman wisata alam yang terletak di Desa Marisa, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kabupaten Alor, NTT.
Destinasi wisata ini memiliki bentangan alam dengan topografi berbukit dan luas padang yang menyimpan banyak keunikan serta menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan menikmati keindahan wisata tersebut.
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, salah satu pemuda dari desa kalondama tengah, Amos Kallung, mengatakan bahwa dulunya pulau itu merupakan tempat yang dihuni oleh sebuah kerajaan besar, yang didalamnya ada 12 suku besar, menurutnya tempat tersebut didominasi oleh hewan berupa kambing pada waktu itu, kemudian sekarang tidak ada hewan lain yang dapat hidup di sana selain Rusa.
Cerita ini menambah nuansa misteri dan aura mistis dari pulau yang menawarkan pengalaman berwisata bagi para wisatawan dan menurutnya pulau itu juga sering menjadi tempat buruh oleh masyarakat adat dengan syarat syarat tertentu harus dipenuhi salah satunya harus mendapatkan ijin oleh orang orang tertentu di lokasi setempat.
Menurut Amos, hal mistis lain yang diceritakan di kalangan masyarakat bahwa pada saat terjadi tsunami pada waktu itu di pulau rusa bahwa banyak orang yang kemudian mati dan arwahnya berubah menjadi rusa, hal itu dibuktikan dengan berbagai peristiwa yang sering terjadi di masyarakat pada saat melakukan buruh adat dan ada banyak pula hal-hal atau suara suara mistis di pulau rusa yang terdengar seperti suara manusia yang mengatakan bahwa “kembalikan anak, istri atau suami” hal ini terjadi pada saat masyarakat melakukan buruh adat dan mendapatkan hasil buruh berupa rusa namun pada saat mereka hendak kembali terdengarlah gemuruh suara mistis yang kemudian menurut cerita masyarakat bahwa itu merupakan suara suara manusia yang hendak terdengar.
Selanjutnya dikatakan Amos, ketika mendapat cerita sejarah dari beberapa tokoh adat bahwa ada juga berbagai peninggalan sejarah, yang kemudian masih ada di pulau tersebut, seperti bekas bekas gedung kerajaan dan juga banyak harta harta yang terkubur dan tenggelam di dasar laut bahka sering ditemui oleh wisatawan yang melakukan diving di dasar laut pulau tersebut. Ia mengatakan bahwa masih banyak cerita sejarah terkait pulau tersebut yang belum diceritakan secara tuntas.
Amos mengajak, jika ingin melihat kecantikan dari hewan yang hidup di pulau tersebut, para wisatawan harus didampingi oleh seorang pawang artinya orang orang tertentu yang leluhurnya berasal dari pulau rusa. Hal ini dikarenakan, Rusa-rusa tersebut tidak dijinakkan dan hidup bebas di alam liar, sehingga interaksi dengan pengunjung sangat terbatas dan juga ada hal-hal mistis yang membatasi masyarakat umum untuk berkunjung ke sana karena ada berbagai faktor yang menyebabkan sehingga masyarakat umum hendak harus ditemani oleh pawang tersebut.

Menurutnya, meski terkenal dengan keindahan alamnya, Pulau Rusa menyimpan berbagai misteri dan larangan yang tidak boleh dilanggar. Pengunjung dilarang untuk memotong pohon Kolom Susu, pohon beringin dan lain sebagainya salah satu tanaman yang ada di kawasan taman wisata alam ini dan juga konon katanya salah satu pohon beringin yang disampingnya terdapat sebuah sungai atau kali pernah terjadi peristiwa yang tragis dan mistis dikarenakan salah satu pengunjung atau wisatawan asing pernah mendirikan sebuah kemah di bawah pohon beringin tersebut dan dia tiba tiba meninggal tanpa sebab.
Lebih lanjut kata Amos, menurut cerita sejarah yang sering diceritakan di kalangan masyarakat bahwa kemungkinan besar turis tersebut melakukan suatu pelanggaran berupa mematah ranting pohon tersebut sehingga menyebabkan kematian.

Menurut kepercayaan masyarakat, jika larangan tersebut dilanggar maka kapal yang ditumpangi itu juga akan dihadang gelombang dan tidak dapat menyebarang. Angin dan gelombang akan reda jika ada pawang yang melakukan ritual adat sebagai bentuk penghormatan kepada semesta.

Perjalanan menuju Pulau Rusa, dapat ditempuh melalui dua jalur yakni menggunakan pesawat dan kapal penyeberangan atau Ferry. Setelah tiba di Kota Kalabahi, pengunjung menggunakan perahu centrifugal untuk menyeberang menuju Pulau Rusa dengan jarak tempuh 7-8 jam tergantung kecepatan perahu motor. (*Eka Blegur).