free web page counters

Pesona Kampung Adat Dirun

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

Salah satu destinasi budaya yang dapat dikunjungi di wilayah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur adalah Kampung Adat Dirun yang berlokasi di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Perjalanan dari Kota Atambua sampai ke lokasi kampung adat Dirun sendiri bisa memakan waktu sampai 1 jam perjalanan baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Pengunjung juga dapat memilih untuk memakai kendaraan ojek. Tarif angkutan untuk sampai ke Dirun berkisar di antara Rp 25.000 sampai Rp 30.000. Jika menggunakan ojek bisa sampai Rp 40.000.

Untuk sampai ke Dirun, kita harus melewati wilayah Weluli sebagai pusat Kecamatan Lamaknen. Bagi pengunjung yang belum mengetahui lokasi atau tidak adanya circuit guideline yang menemani, sebaiknya jangan malu untuk bertanya ketika sudah tiba di kawasan daerah Weluli. Masyarakat setempat yang terkenal ramah akan dengan senang hati membantu anda untuk memberikan petunjuk jalan menuju kampung adat dirun.

Enam Rumah Suku

Kampung adat dirun comparative berbeda dengan kampung adat lainnya dimana semua rumah adat terpusat pada satu titik. Di Dirun, enam rumah adat yang merupakan representasi dari enam suku besar di sana, berdiri cukup jauh satu sama lain hingga memenuhi wilayah desa.

Rumah adat pertama yang merupakan sentral atau pusat dari semua kegiatan adat di Dirun adalah rumah suku Monesogo, yang merupakan rumah kediaman Raja Perempuan. Tak jauh dari rumah adat monesogo terdapt dua rumah adat lainnya yaitu rumah monewalu yang merupakan suku penguasa laki-laki, dan rumah adat kamane sebagai panglima.

Rumah adat keempat yang berada sekitar 500 metre dari rumah monesogo adalah rumah loos yaitu rumah sang juru bicara raja, sedangkan rumah adat keenam adalah rumah lepo.

Jauh terpisah dari kelima rumah adat lainnya adalah rumah sirigatal, yang diyakini sebagai pusat kekuatan dari semua suku. Pada rumah adat sirigatal, konon orang dapat datang untuk mengambil kekuatan di sana, seperti kekuatan untuk menangkal penyakit dan musuh, hingga urusan perjodohan.

Struktur dan Makna Rumah Adat

Secara garis besar, struktur rumah adat di kampung adat dirun memiliki dua pembagian utama yaitu ruang untuk laki-laki yang berpusat pada tiang utama laki-laki, dan ruang untuk perempuan yang berpusat pada tiang wanita. Tiang utama laki-laki berada di depan, yang ditandai adanya benda-benda pusaka, sedangkan tiang perempuan berada di belakang persis berdekatan dengan tungku api untuk memasak.

Pembagian ini berkenaan dengan posisi laki-laki sebagai pemimpin rumah tangga dan perempuan sebagai yang mengurus rumah tangga termasuk urusan dapur.

Pada setiap dinding rumah adat, dapat kita lihat berbagai ukiran simbol-simbol yang berupa pahatan kayu. Hal ini seakan menandakan bahwa jaman dahulu, orang Dirun sudah  memiliki kecakapan untuk membahasakan sebuah makna secara simbolik. Pada umumnya, ukiran yang ada berupa simbol alam untuk mengungkapkan kedekatan masyarakat pada alam, simbol manusia untuk mengungkapkan tokoh yang ada di suku dirun, dan pedang untuk membahasakan kekuatan yang dimiliki Dirun pada masa kejayaannya.

Khusus di rumah adat monesogo atau rumah raja perempuan, kita dapat menemukan pula sebuah meriam peninggalan penjajah.

Tradisi

Berdasarkan obrolan kami dengan beberapa masyarakat setempat, kami pun diberitahu bahwa suku dirun adalah salah satu suku di Belu yang masih mempertahankan segala ritual adat dari jaman nenek moyang sampai saat ini.

Beberapa tradisi yang masih dijalankan adalah seperti Paol sao (tradisi yang dijalankan saat sebelum panen hasil bumi), tradisi begegeasu, tradisi antama khusus untuk mengusir semua hama tanaman sebelum masyarakat turun ke lading untuk menanam jagung dan kacang-kacangan dan tradisi mendirikan rumah adat baru atau merenovasinya.

Khusus untuk mendirikan rumah adat, lamanya proses ritual yang dijalani bisa berhari-hari bahkan sampai bulan. Banyak ritual akan dilakukan di sini dengan mengumpulkan semua anggota suku yang telah tersebar ke berbagai daerah.

Menurut pengakuan masyarakat setemapt, saat tradisi ini dijalankan, jumlah hewan yang dibunuh untuk menjalankan ritual bisa sampai 150 ekor.

Kehidupan Orang Dirun

Secara umum, orang-orang di kampung adat dirun memiliki mata pencaharian sebagai petani dan pemelihara ternak. Tanaman yang menghidupi orang dirun selama ini adalah jagung, kacang tanah dan kopi.

Sedangkan sebagai peternak, orang dirun terkenal sebagai pemelihara hewan sapi dan kerbau. Uniknya, hewan peliharaan mereka pada umumnya tidak berkandang, melainkan dilepas bebas di padang savana Fulan Fehan.

Mereka meyakini bahwa tak ada oknum yang akan mencuri hewan piaraan yang dilepas bebas di padang, karena padang Fulan Fehan sendiri diyakini keramat sehingga setiap orang yang berniat jahat akan mendapatkan hukuman dari para leluhur yang tak kasat mata.